Kelompok
3
Nama
: Intan Puspita Sari (NIM
A1B113013)
Henny Muhdianti (NIM A1B113090)
Nella Yulia Sari (NIM A1B113091)
Risa Anisa (NIM A1B113201)
Restu Astuti Amelia (NIM A1B113217)
1.
Sebutkan prinsip-prinsip pengenalan morfem, jelaskan dengan disertai contoh!
2.
Jelaskan konsep konstruksi morfologi
dengan disertai contoh!
3.
Bagaimanakah membedakan derifasi dan
infkelsi? Jelaskan dengan disertai contoh!
4.
Bagaimanakah membedakan endosentris dan
eksosentris? Jelaskan dengan disertai contoh!
JAWABAN :
1.
Prinsip-prinsip
Pengenalam Morfem
a. satuan-satuan yang
mempunyai struktur fonologi dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama
merupakan satuan morfem.
Contoh : Membeli rumah
Rumah
beru
Menjaga
rumah
Berumah
Satu rumah
Satuan rumah dalam contoh-contoh di atas
merupakan satu morfem, karea satuan itu memiliki struktur fonologik da arti
leksikal yang sama. (Tarigan, 2009: 13)
b. satuan-satuan yang
mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupaka satu morfem, apabila satuan-satuan
itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu
dapat dijelaskan secara fonologik.
Contoh : penjahit, pembeli,
penyalin, penggedong, pengecat,
pelamar
Satuan-satuan pen-, pem-, peny, peng-, penge, da pe- dalam contoh di atas mempunyai arti
gramatik yang sama, yaitu menyatakan yang melakukan
perbuatan; tetapi struktur
fonologinya jelas berbeda.
Satuan pen-, pem-, peny, peng-, penge, da pe- aalah alomorf dari morfem peN-; oleh karena itu, semua satuan
tersebut merupakan satu morfem. (Tarigan, 2009: 15).
c. satuan-satuan yang
mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat
dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila
mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yan sama dan mempunyai distribusi
yang komplementer.
Contoh : beralih berbaring
bersua belajar
berjumpa bersandar
Terdapat satuan ber-,
be-, dan bel-, dari contoh-contoh di atas. Berdasarka prinsip kedua, jelas
bahwa ber-, dan be- merupakan satuan morfem, karena perbedaan struktur fonologiknya
dapat dijelaskan secara fonologik. Lalu bagaimana denga bel- yang (hanya) terdapat pada belajar?
walaupun bel- mempunyai struktur
foologik yang berbeda, dan perbedaan itu tidak dapat dijelaskan secara
fonologik, karena mempunyai arti gramatik yang sama dan mempunyai distribusi
yang komplementer dengan morfem ber-.
Dengan kata lain bel-
merupakan alomorf dari morfem ber-,
oleh karena itu satuan bel- dapat
dianggap sebagai satu morfem. Perlu
dicatat bahwa bel- ini termasuk
morfem yang improduktif dalam bahasa
Indonesia. (Tarigan, 2009: 16)
d. apabila dalam
deretan struktur, suatu satuan berparalel denga suatu kekosongan, maka
kekosongan itu merupakan morfem, atau lebih dikenal dengan morfem zero.
Contoh :
a) ibu
menggoreng ikan
b) ibu
menyapu halaman
c) ibu
menjahit baju
d) ibu
membeli telur
e) ibu
minum teh
f) ibu
makan pecal
g) ibu
masak rending
Ketujuh kalimat di atas
berstruktur S, P, O. Predikatnya berupa kata verbal yang transitif, pada
kalimat (a), (b), (c), (d), ditandai oleh adanya meN-, sedangka pada kalimat (e), (f), (g), kata verbal transitif
itu ditandai dengan kekosongan atau tidak adanya meN-, kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.
(Tarigan, 2009: 16-17)
e.satuan-satuan yang
mempunyai struktur fonologik yang sama, mugki merupakan satu morfem, mungkin
pula merupaka satu morfem yang berbeda.
Contoh : 1) Telinga
orang itu lebar, 2) Telinga kuali itu lebar
Kata telinga pada kalimat satu dan kalimat kedua
mempunyai distribusi yang sama, tetapi merupakan morfem yang berbeda. (Tarigan,
2009: 17)
f. setiap satuan yang
dapat dipisahkan merupakan morfem.
Contoh : berharap, harapan
Dari contoh di atas bahwa berharap terdiri dari ber- dan harap; serta harapan terdiri
dari harap dan –an. Dengan demikian,
maka ber-, harap, -an masing-masing
morfem yang berdiri sendiri.
2.
Konsep
Konstruksi Morfologis
Konstruksi
morfologis ialah konstruksi formatif-formatif dalam kata (Kridalaksana,
1983:92), maksudnya bentukan atau satuan kata yang mungkin merupakan morfem
tunggal atau gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Bentuk atau satuan
yang berupa morfem tunggal disebut konstruksi sederhana, sedangkan
bentuk atau satuan yang terdiri atas beberapa morfem disebut konstruksi
rumit (Samsuri, 1982:195).
Selanjutnya, Samsuri (1982:195) mengklasifikasikan konstruksi sederhana
menjadi dua macam yaitu akar (istilah Ramlan bentuk atau satuan tunggal
bebas yang sekaligus merupakan kata); satuan berwujud kecil yang secara
morfologis berdiri sendiri, namun secara fonologis bisa mendahului atau
mengikuti morfem-morfem lain dengan eratnya yang lazim disebut klitik.
Akan sering pula disebut kata morfem. Sedangkan klitik sendiri dapat
kita bedakan menjadi proklitik dan enklitik.
Konstruksi rumit merupakan hasil proses penggabungan dua morfem atau lebih.
Konstruksi rumit bisa bisa berupa gabungan antara pokok + afiks, seperti
ber- + juang pada berjuang; antara akar (ada pula yang
menyebutnya dasar atau morfem bebas) + afiks, seperti makan + -an
pada makanan; antara pokok kata + akar, seperti semangat + juang
pada semangat juang; pokok kata + pokok kata, seperti gelak + tawa
pada gelak tawa; dan antara akar + akar, seperti meja + makan
pada meja makan.
3. Derivasi dan Infleksi
Perbedaan derivasi dan
infleksi adalah sebagai berikut.
Derivasi ialah konstruksi yang berbeda distribusinya
dari pada dasarnya, sedangkan infleksi ialah konstruksi yang menduduki
distribusi yang sama dengan bentuk dasarnya. Kita ambil contoh kata mengikat,
makanan, mendengarkan, dan membeli.
Perbedaannya akan terlihat pada kalimat-kalimat berikut.
a. 1) Anak itu mengikat
rambut.
2) Anak itu ikat rambut. *)
b. 1). Makanan
itu sudah basi.
2). Makan
itu sudah basi. *)
c. 1). Kami mendengar
suara itu.
2).
Kami dengar suara itu.
d. 1). Saya membeli buku
itu.
2).
Saya beli buku itu.
Berdasarkan empat contoh di atas, dapat disimpulkan
bahwa konstruksi mengikat dan makanan tidak sama distribusinya
dengan ikat dan makan. Itu sebabnya kalimat a2 dan b2 tidak ada
dalam bahasa Indonesia. Konstruksi mengikat
dan makanan ini merupakan contoh
derivasi. Di lain hal, konstruksi mendengar dan membeli sama
dengan konstruksi dengar dan beli. Oleh karena itu, kita dapat
mempergunakan kalimat c1 atau c2 dan d1 atau d2. Konstruksi mendengar dan membeli ini merupakan contoh infleksi.
4. Endosentris dan Eksosentris
Endosentris dan Eksosentris ialah konstruksi
morfologis yang salah satu atau semua unsurnya mempunyai distribusi yang sama
dengan konstruksi tersebut, sedangkan konstruksi eksosentris ialah
unsur-unsurnya tidak sama dengan konstruksi tersebut. Endosentris dan
eksosentris dalam tatanan morfologi terdapat pada kata majemuk sedangkan
dalam tatanan sintaksis terdapat pada frase. Perhatikan contoh berikut!
a. 1) Baju baru itu milik Amin.
2) Baju itu milik Amin.
b.
1) Mereka mengadakan
jual beli.
2) Mereka mengadakan jual. *)
3). Mereka mengadakan beli. *)
Dengan mengadakan perbandingan kalimat a1 dan a2,
dapat disimpulkan bahwa konstruksi baju baru mempunyai distribusi yang
sama dengan dengan salah satu unsurnya, yaitu baju. Hal inilah yang
merupakan contoh endosentris. Pada
kalimat b1 ada konstruksi jual beli. Kedua unsurnya yakni jual
dan beli tidak memilki distribusi yang sama. Hal itu terbukti bahwa
kalimat 2b dan 2c tidak dapat ditemukan dalam kalimat bahasa Indonesia.
Konstruksi jual beli merupakan contoh eksosentris.
Sumber:
Kusmiati,
Mia, dkk. 2011. Morfologi. Sumedang:
Universitas Pendidikan Indonesia. (Online) diakses pada 5 Oktober 2015.
morfologi5.blogspot.com/http./pengertian-konstruksi-morfologis. (Online) diaskes pada 6 oktober
2015
dekmiemind.blogspot.com//http/prinsip-prinsippengenalanmorfem.
(online) diakses pada 3 oktober 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar