Kamis, 08 Oktober 2015

MORFOLOGI BAHASA INDONESIA ; Prinsip pengenalan Morfem, Konsep Konstruksi Morfologis, Derivasi dan Infleksi, Endosentris dan Eksosentris


Kelompok 3
Nama               : Intan Puspita Sari (NIM A1B113013)
  Henny Muhdianti (NIM A1B113090)
  Nella Yulia Sari (NIM A1B113091)
  Risa Anisa (NIM A1B113201)
  Restu Astuti Amelia (NIM A1B113217)

1.      Sebutkan prinsip-prinsip pengenalan morfem,  jelaskan dengan disertai contoh!
2.      Jelaskan konsep konstruksi morfologi dengan disertai contoh!
3.      Bagaimanakah membedakan derifasi dan infkelsi? Jelaskan dengan disertai contoh!
4.      Bagaimanakah membedakan endosentris dan eksosentris? Jelaskan dengan disertai contoh!

JAWABAN :

1.      Prinsip-prinsip Pengenalam Morfem
a. satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologi dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama merupakan satuan morfem.
Contoh : Membeli rumah
 Rumah beru
 Menjaga rumah
 Berumah
 Satu rumah
               Satuan rumah dalam contoh-contoh di atas merupakan satu morfem, karea satuan itu memiliki struktur fonologik da arti leksikal yang sama. (Tarigan, 2009: 13)

b. satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupaka satu morfem, apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik.
Contoh : penjahit, pembeli, penyalin, penggedong, pengecat, pelamar
               Satuan-satuan pen-, pem-, peny, peng-, penge, da pe- dalam contoh di atas mempunyai arti gramatik yang sama, yaitu menyatakan yang melakukan perbuatan; tetapi struktur fonologinya jelas berbeda.
               Satuan  pen-, pem-, peny, peng-, penge, da pe- aalah alomorf dari morfem peN-; oleh karena itu, semua satuan tersebut merupakan satu morfem. (Tarigan, 2009: 15).

c. satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yan sama dan mempunyai distribusi yang komplementer.
Contoh :             beralih             berbaring
                           bersua              belajar
                           berjumpa         bersandar
               Terdapat satuan ber-, be-, dan bel-, dari contoh-contoh di atas. Berdasarka prinsip kedua, jelas bahwa ber-, dan be- merupakan satuan morfem, karena perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologik. Lalu bagaimana denga bel- yang (hanya) terdapat pada belajar? walaupun bel- mempunyai struktur foologik yang berbeda, dan perbedaan itu tidak dapat dijelaskan secara fonologik, karena mempunyai arti gramatik yang sama dan mempunyai distribusi yang komplementer dengan morfem ber-.
               Dengan kata lain bel- merupakan alomorf dari morfem ber-, oleh karena itu satuan bel- dapat dianggap sebagai satu morfem. Perlu dicatat bahwa bel- ini termasuk morfem yang improduktif dalam bahasa Indonesia. (Tarigan, 2009: 16)

d. apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel denga suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, atau lebih dikenal dengan morfem  zero.
Contoh :
a)      ibu menggoreng ikan
b)      ibu menyapu halaman
c)      ibu menjahit baju
d)     ibu membeli telur
e)      ibu minum teh
f)       ibu makan pecal
g)      ibu masak rending
Ketujuh kalimat di atas berstruktur S, P, O. Predikatnya berupa kata verbal yang transitif, pada kalimat (a), (b), (c), (d), ditandai oleh adanya meN-, sedangka pada kalimat (e), (f), (g), kata verbal transitif itu ditandai dengan kekosongan atau tidak adanya meN-, kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero. (Tarigan, 2009: 16-17)

e.satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama, mugki merupakan satu morfem, mungkin pula merupaka satu morfem yang berbeda.
Contoh : 1) Telinga orang itu lebar, 2) Telinga kuali itu lebar
               Kata telinga pada kalimat satu dan kalimat kedua mempunyai distribusi yang sama, tetapi merupakan morfem yang berbeda. (Tarigan, 2009: 17)

f. setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
Contoh : berharap, harapan
               Dari contoh di atas bahwa berharap terdiri dari ber- dan harap; serta harapan terdiri dari harap dan –an. Dengan demikian, maka ­ber-, harap, -an masing-masing morfem yang berdiri sendiri.


2.      Konsep Konstruksi Morfologis
Konstruksi morfologis ialah konstruksi formatif-formatif dalam kata (Kridalaksana, 1983:92), maksudnya bentukan atau satuan kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Bentuk atau satuan yang berupa morfem tunggal disebut konstruksi sederhana, sedangkan bentuk atau satuan yang terdiri atas beberapa morfem disebut konstruksi rumit (Samsuri, 1982:195).
Selanjutnya, Samsuri (1982:195) mengklasifikasikan konstruksi sederhana menjadi dua macam yaitu akar (istilah Ramlan bentuk atau satuan tunggal bebas yang sekaligus merupakan kata); satuan berwujud kecil yang secara morfologis berdiri sendiri, namun secara fonologis bisa mendahului atau mengikuti morfem-morfem lain dengan eratnya yang lazim disebut klitik. Akan sering pula disebut kata morfem. Sedangkan klitik sendiri dapat kita bedakan menjadi proklitik dan enklitik.
Konstruksi rumit merupakan hasil proses penggabungan dua morfem atau lebih. Konstruksi rumit bisa bisa berupa gabungan antara pokok + afiks, seperti ber- + juang pada berjuang; antara akar (ada pula yang menyebutnya dasar atau morfem bebas) + afiks, seperti makan + -an pada makanan; antara pokok kata + akar, seperti semangat + juang pada semangat juang; pokok kata + pokok kata, seperti gelak + tawa pada gelak tawa; dan antara akar + akar, seperti meja + makan pada meja makan.

3.    Derivasi dan Infleksi
Perbedaan derivasi dan infleksi adalah sebagai berikut.
Derivasi ialah konstruksi yang berbeda distribusinya dari pada dasarnya, sedangkan infleksi ialah konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan bentuk dasarnya. Kita ambil contoh kata mengikat, makanan, mendengarkan, dan membeli. Perbedaannya akan terlihat pada kalimat-kalimat berikut.
a. 1) Anak itu mengikat rambut.
 2) Anak itu ikat rambut. *)
b. 1). Makanan itu sudah basi.
    2). Makan itu sudah basi. *)
c. 1). Kami mendengar suara itu.
    2). Kami dengar suara itu.
d. 1). Saya membeli buku itu.
    2). Saya beli buku itu.
Berdasarkan empat contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa konstruksi mengikat dan makanan tidak sama distribusinya dengan ikat dan makan. Itu sebabnya kalimat a2 dan b2 tidak ada dalam bahasa Indonesia. Konstruksi mengikat dan makanan ini merupakan contoh derivasi. Di lain hal, konstruksi mendengar dan membeli sama dengan konstruksi dengar dan beli. Oleh karena itu, kita dapat mempergunakan kalimat c1 atau c2 dan d1 atau d2.  Konstruksi mendengar dan membeli ini merupakan contoh infleksi.

4.    Endosentris dan Eksosentris
Endosentris dan Eksosentris ialah konstruksi morfologis yang salah satu atau semua unsurnya mempunyai distribusi yang sama dengan konstruksi tersebut, sedangkan konstruksi eksosentris ialah unsur-unsurnya tidak sama dengan konstruksi tersebut. Endosentris dan eksosentris dalam tatanan morfologi terdapat pada kata majemuk sedangkan dalam tatanan sintaksis terdapat pada frase. Perhatikan contoh berikut!
a.     1) Baju baru itu milik Amin.
2) Baju itu milik Amin.
b.     1) Mereka mengadakan jual beli.
      2) Mereka mengadakan jual. *)
    3). Mereka mengadakan beli. *)
Dengan mengadakan perbandingan kalimat a1 dan a2, dapat disimpulkan bahwa konstruksi baju baru mempunyai distribusi yang sama dengan dengan salah satu unsurnya, yaitu baju. Hal inilah yang merupakan contoh endosentris. Pada kalimat b1 ada konstruksi jual beli. Kedua unsurnya yakni jual dan beli tidak memilki distribusi yang sama. Hal itu terbukti bahwa kalimat 2b dan 2c tidak dapat ditemukan dalam kalimat bahasa Indonesia. Konstruksi jual beli merupakan contoh eksosentris.




Sumber:

Kusmiati, Mia, dkk. 2011. Morfologi. Sumedang: Universitas Pendidikan Indonesia. (Online) diakses pada 5 Oktober 2015.

morfologi5.blogspot.com/http./pengertian-konstruksi-morfologis. (Online) diaskes pada 6 oktober 2015
dekmiemind.blogspot.com//http/prinsip-prinsippengenalanmorfem. (online) diakses pada 3 oktober 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar