Rabu, 28 Oktober 2015

KOMPOSISI ATAU PEMAJEMUKAN



KELOMPOK 3
Nama   : Intan Puspita Sari (NIM A1B113013)
   Henny Muhdianti (NIM A1B113090)
   Nella Yulia Sari (NIM A1B113091)
   Risa Anisa (NIM A1B113201)
   Restu Astuti Amelia (NIM A1B113217)
 


1.      Pengertian
a.         Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru (M. Ramlan, 1985: 69).
b.         Pemajemukan adalah proeses pembentukan suatu konstruksi melalui penggabungan dua buah morfem atau kata, atau lebih (Samsuri, 1978: 199). Konstruksi tersebut bisa berupa akar + akar, pokok +pokok, atau akar + pokok (pokok + akar).  Konstruksi yang dimaksudkan Samsuri ialah: KT + KT, PKT + PKT, KT + PKT, (PKT + KT).
c.         Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dengan kata, atau kata dengan kata yang menimbulkan pengertian baru yang khusus (TBBI, 1988: 168).
d.        Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dasar yang hasil keseluruhannya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal dan semantic yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan; pola khusus tersebut membedakannya dari gabungan morfem dasar yang bukan pemajemukan; misalnya dalam Bahasa Inggris blackbird adalah hasil pemajemukan (kata majemuk), sedangkan kata black bird bukan hsil pemajemukan (bukan kata majemuk) (Harimurti, 1982: 77).
e.         Pemajemukan adalah proses pembentukan kata (pokok kata) melalui penggabungan dua atau lebih akar/pangkal, baik bebas maupun terikat, baik monomorfemis maupun polifermis (Alam S.).
darah tinggi = ab. mm. + ab. mm.
serangan jantung = pb. pm. + ab. mm.
daya juang = ab. mm. + at. mm.
serah terima = ab. mm. + at. mm.
tendangan penjuru = pb. pm. + pb. pm.
Sebar luaskan = at. mm. + pt. pm.

2.        Hasil
Hasil proses komposisi atau pemajemukan disebut kata majemuk atau kompositum.

3.        Jenis Kata Majemuk atau Kompositum
1.1     Menurut Samsuri
a.    Kata majemuk (konstruksi majemuk) yang endosentrik: ialah konstruksi yang distribusinya sama dengan semua atau salah satu unsurnya:

1)   Rumah sakit itu baru dibangun.
2)   Rumah itu baru dibangun.
b.    Kata majemuk (konstruksi majemuk) yang eksosentrik: ialah konstruksi yang distribusinya tidak sama dengan unsur-unsurnya:
1)   Kedua orang tua itu mengadakan jual beli hasil pertanian.
2)   + Kedua orang itu mengadakan jual hasil pertanian.
3)   + Kedua orang itu mengadakan beli hasil pertanian.

1.2     Menurut Harimurti Kridalaksana (Kam. Ling., 1982: 89)
a.       Kompositum asintaksis (asyntactic compound): kompositum yang bagian-bagiannya mempunyai hubungan yang lain seandainya dipakai sebagai kata yang bebas (Alam S.: tidak dapat dijabarkan secara sintaktis): meja hijau (tidak dapat dijabarkan menjadi “meja yang hijau”), orang tua (yang berarti ibu-bapak), sarjana muda (tidak dapat dijabarkan sebagai sarjana yang masih muda). 
Sudaryanto menamakan bentuk-bentuk yang demikian itu sebagai kata majemuk bersemem leksikal (linguistic, 1983: 227).
b.      Kompositum sintaksis (syntactic compound): kompositum yang anggota-anggotanya mempunyai hubungan yang sama dengan konstruksi yang berupa frase (Alam S.: dapat dijabarkan secara sintaktis): kamar tunggu (kamar tempat atau tempat menunggu), meja makan (meja tempat makan), kursi roda (kursi yang beroda).

Sudaryanto menamakan bentuk-bentuk yang demikian itu sebagai kata majemuk bersemem frasal (loc. cit).

c.       Kompositum iteratif (iterative compound): kompositum yang terdiri atas unsur-unsur yang sama (reduplikasi).
d.      Kompositum kopulatif (copulative compound): kompositum yang terdiri atas konstituen-konstituen yang sederajat seolah-olah digabungkan dengan kata dan, misalnya: Indo Eropa, nenek moyang (?).
e.       Kompositum pangkal (stem compound): kompositum yang terdiri atas dua pangkal atau lebih: angkatan bersenjata, tendangan penjuru.
f.       Kompositum sintetis (synthetic compound): kompositum yang semua atau salah satu unsurnya berupa bentuk terikat: uji petik, nonpribumi, subbab, niraksarawan, mahaadil (?).

4.      Ciri-ciri Kata Majemuk
1.1     Menurut M. Ramlan
a.     Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata: daya juang, temu karya, lomba lari, daya tempur, kolam renang, jual beli, tenaga kerja.
b.    Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau diubah strukturnya: kamar mandi tidak dapat dipisahkan dengan kata itu, misalnya, hingga menjadi kamar itu mandi; atau dengan kata sedang hingga menjadi kamar sedang mandi. Demikian juga konstruksi kaki tangan tidak dapat disisipi kata dan menjadi kaki dan tangan. Dengan kata lain, kaki tangan musuh berbeda artinya dengan kaki dan tangan musuh. Demikian juga konstruksi telur mata sapi tidak dapat diubah strukturnya menjadi telur mata sapi jantan, misalnya; atau telur mata sapi hitam.
c.     Salah satu atau semua unsurnya berupa morfem unik: remuk redam, sedu sedan, tunggang langgang, centang perenang, porak poranda.

1.2  Menurut kesimpulan hasil Simposium Tatabahasa pada tanggal 20 Oktober 1979 di Fakultas Sastra UI (Masinambouw, 1980: 72, 73), khusus tentang kata majemuk:
a.    Konstruksi kata majemuk memperlihatkan derajat keeratan yang tinggi sehingga merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan.
b.    Konstruksi kata majemuk berperilaku sebagai kata, artinya masing-masing konstituen dari konstruksi itu hilang otonominya; artinya masing-masing tidak dapat dimodifikasikan secara terpisah maupun disisipi morfem lain tanpa perubahan makna aslinya.
c.    Keeratan konstruksi majemuk itu ditentukan oleh cirri dari sekurang-kurangnya satu konstituen yang memperlihatkan asosiasi (atau afinitas) yang konstan dengan konstituen lainnya dalam konstruksi itu. Asosiasi (atau afinitas) yang konstan itu terwujud melalui pola kombinasi morfem dasar yang merupakan konstituen konstruksi majemuk sebagai berikut:
1)   sekurang-kurangnya satu morfem dasar memperlihatkan cirri tidak produktif;
2)   sekurang-kurangnya satu morfem dasar merupakan bentuk unik;
3)   sekurang-kurangnya satu morfem dasar merupakan morfem terikat namun tidak tergolong sebagai bentuk afiks.
d.   Sebagai pangkal tolak penelitian lebih lanjut terhadap cirri-ciri konstruksi majemuk, terutama menurut derajat kepukalannya, dapatkah dibuat daftar semua konstruksi menurut kontinum kepukalan.
e.    Oleh karena batas-batas dalam suatu kontinum tidak jelas, maka dapatlah kontruksi-konstruksi peralihan antara yang jelas bersifat majemuk dan yang  jelas bersifat frasa. Masalah penamaan bagi golongan konstruksi ini perlu memperoleh kesepakatan lebih lanjut.

5.    Struktur Kata Majemuk
Struktur kata majemuk dapat ditentukan antara lain berdasarkan jenis morfem unsur-unsurnya seperti tampak pada i.e., atau berdasarkan kategori unsur-unsur pembentuknya, seperti:
a. Nomina (n) + nomina (n): alat Negara, anak sungai, dsb.
b. Ajektif (a) + nomina (n): merah jambu, kecil hati, dsb.

Sumber:
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Kusumah, Encep. 2012. Handout Komposisi atau Pemajemukan. Universitas Pendidikan Indonesia.  (Online) (file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR.PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/19650210199121-ENCEP KUSUMAH/HANDOUT/Pertemuan_12-Komposisi_atau_Pemajemukan) diakses pada 12 Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar